-->

Wednesday 21 April 2021

Perubahan Standarisasi Program (Konten) Televisi

“Hei guys... kita hari ini sedang jalan-jalan di daerah Jogja tepatnya di daerah malioboro. Siapa sih yang engga kenal malioboro? Yaps tempat nongkrong, jalan-jalan dan belanja bagi para wisatawan asing maupun lokal yang ada di Yogyakarta. Kali ini akan saya coba menjelajah makanan khas kota Jogja ini dan belanja oleh-oleh, yuk ikuti.....” 


Seorang host membuka program acaranya dengan sapaan yang sedang nge-hype saat ini. Bukan hanya opening program/konten saja yang hari ini berubah, bahkan pengambilan gambarnya pun telah berubah. Dengan hanya menggunakan kamera action (go pro), mirrorless plus dji osmo (steadycam), dan bahkan smartphone plus tongsis (monopod) sebuah konten kini dapat dibuat dan diproduksi. Dengan tanpa peralatan kamera besar sebuah konten telah bisa sama-sama kita tonton dengan tetap menarik dan menghibur. 


Sebelum era televisi digital berbasis internet mengisi ruang-ruang tv keluarga, tentu tayangan semacam itu – shooting dengan kamera yang cenderung shaking – akan banyak dikritik dan mungkin banyak ditinggalkan oleh para penonton. Namun pada kenyataannya kini justru televisi telah banyak mengadopsi konten-konten jenis tersebut, dan faktanya penonton malah cenderung nyaman dan menikmati. 


Jika dahulu SOP broadcast tv terus menjadi kendala setiap individu / kelompok / organisasi / perusahaan saat akan membuat program/konten tv, maka hari ini semua telah berubah. Standarisasi brodcast tv/radio bahkan telah mengalami perubahan yang cukup drastis diimbangi oleh majunya teknologi informasi zaman ini. Apakah berarti standar broadcast tv/radio telah tiada? Secara teknis sudah tidak ada batasan, namun secara etik tetap ada dan menjadi sangat penting oleh sebab kecenderungan para pemproduksi konten sering mengabaikan sisi-sisi etika, nilai dan norma serta hukum. 


Perubahan lain dalam teknik adalah pengambilan gambar tidak lagi mengandalkan multicam, tetapi yang paling penting adalah bagaimana penampilan pemain/talent/host mampu menjaga ineteraksi di depan kamera dengan baik. Beberapa dari mereka malah mengambil gambar dengan one shot (kamera tunggal) yang mereka jelajah sesukanya, namun tetap terlihat asik dan konstan. Dalam kasus ini kita bisa lihat para podcaster yang membuat kontennya dengan hanya satu kamera dan berhasil ditonton ribuan sampai jutaan viewers. Atau para vloger yang membuat konten tentang tips & trik, review, dan lain-lain yang cara menggarapnya hanya dengan singlecam, pun tetap ditonton ribuan hingga jutaan viewers


Standarisasi Produksi Film

Begitu rupa perubahan di dalam produksi film, pun mengalami perubahan. Dalam riset studi kasus yang saya lihat adalah pada film NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini) versi web series (YouTube) di mana pengambilan gambar cenderung one shot dengan menggunakan alat bantuan steadycam. Selain memudahkan pengambilan gambar juga mempercepat jalannya produksi, sebab angle gambar yang dicipta hanya one shot tanpa memerlukan cut in/inter cut dan mungkin AB Roll editing. Yang pernah bekerja di dunia perfilman akan tahu, bagaimana dalam satu adegan kadang kita harus mem-breakdown shot dengan minimal shot angel 2 jenis. Itu artinya memerlukan dua kali pengambilan, belum lagi bila dalam satu kali pengambilan mengalami kesalahan maka akan dilakukan take 2, take 3 dan seterusnya. Di Film NKCTHI sutradara berhasil mem-breakdown shot hanya dengan shot tunggal dan follow shot, dengan masih tetap mempertahankan sisi cinematiknya. 


Apakah melanggar satandarisasi produksi film? Tidak sama sekali, sebab dalam film juga mempunyai dua teori baku yakni cinema verite dan direct cinema yang berkembang hingga kini. 


Perubahan besar itu terjadi bukan semata-mata tanpa alasan. Faktor utama yang mendorong produksi program/konten mengalami perubahan adalah kemudahan medium tayangnya dan kemudahan dalam menyebarluaskan konten tersebut tanpa harus melewati badan sensor atau KPI. 

Yang pada akhirnya kontrol konten ada pada kekuatan masyarakat yang kritis dan menjaga nilai-nilai, moral, dan norma serta hukum di atas segalanya. 


oleh 

Anton Mabruri KN 

Ketum AGBI

Web ini dikelola oleh Admin. Anton Mabruri adalah seorang Filmmaker | Broadcaster | Penulis | Content Creator. Ia hanya ingin MEMPERBAIKI INDONESIA.

0 komentar:

Post a Comment

Start Work With Me

Contact Us
Mahapatih Anton
+62 818 1898 4342
Kota Depok, Jawa Barat