-->

AKU INDONESIA

I AM

image
Hello,

I'm Mahapatih Anton

Saya Filmmaker, Broadcaster, Penulis, dan Content Creator. Saya ingin MEMPERBAIKI INDONESIA.

"Saya Ingin Memperbaiki Indonesia, kata-kata ini lebih tepat untuk saya gunakan. Kita tidak lagi mungkin me-Revolusi sebuah Indonesia yang sudah menjadi bangsa (nation) kuat dari semua aspek. Kita hanya perlu Reparasi (memperbaiki) komponen-komponen yang rusak dengan komponen-komponen yang baru dan canggih. Dan saya adalah bagian dari komponen itu". Yang Copas [Copy Paste] isi blog ini tetap harus menghargai hak intelektualitas blog ini.


Workshop
Workshop Multimedia

Div. Humas POLRI - Narsum

Workshop Filmmaking, Broadcast & Multimedia

Kominfo Padang Panjang - Narsum

Workshop Content Program TV

Pustekkom-Kemendikbud - Narsum


Experience
Mahapatih Indonesia

CEO/Sutradara

AGBI

Ketua Umum 2013 - 2018

Freelancer

Creative Design Program TV, Penulis (Buku, Novel).


My Skills
Concept & Content Creator
Design & Editing
Workshop & Guest Lecturer
Consultant Broadcast TV & Film

208

Awards

1800

Happy Partners

5964

Projects Done

5800

Film & Video

WHAT CAN I DO

Web Audio Visual Content

Membuat konten untuk tayang web series atau non series

Workshop & Courses

Sebagai Mentor, Pemateri dan Narasumber

Content Creator

Menciptkan konten audio visual mulai dari nol sampai branding

Writer & Scriptwriter

Penulis buku seni/media audio visual, novel & puisi. Penulis cerita film, drama tv & program non drama tv

Filmmaking

Sutradara, producer, editor & scriptwriter

Consultant TV & Film

Menjembatani dan mengkonsultani bidang broadcast tv dan film

LITERASI & SOME OF WORK

Tanda Tangan Itu Seni Tertinggi

 



Dulu ketika orang belum mengenal tanda tangan ada istilah cap jempol, keduanya baik tanda tangan dan cap jempol itu adalah sebuah tanda legitimasi tentang identitas diri.


Dalam cap jempol dan tanda tangan terdapat unsur-unsur seni rupa yakni garis dan titik. Makanya bila kita ditanya apakah kita bisa menggambar atau melukis katakan saja bisa, sebab dari cara membubuhi tanda tangan saja itu telah mengandung elemen seni berupa titik dan garis.


Kalau boleh saya bilang juga bahwa legitimasi tertinggi manusia itu justru pada unsur seni, loh kok bisa? Ya lihat saja, di semua surat resmi yang ada di negara ini dari jaman baheula keabsahan surat/dokumen tersebut wajib terdapat tanda tangan. Lah wong kalau ijazah kita saja tidak ada tanda tangan dianggap ilegal dan tidak laku.


Bahkan dalam permintaan pembubuhan tanda tangan pun kerap kali kita dengar “wani piro?” disaat yang bersamaan kita pasti mikir “wah mahal juga ya tanda tangannya”.


Tanda tangan juga sekaligus menjadi cita rasa seseorang dalam kaitannya dengan identitas diri dan nilai seni dalam dirinya. Di dunia ini nyaris tidak ada tanda tangan yang sama, semua menoreh begitu saja dan tertuang begitu rupa tanpa ada unsur paksaan atau unsur plagiasi.


Tanda tangan juga bukti bahwa manusia harus konsisten dengan jalan hidupnya, kalau tidak maka dianggap tidak syah dalam menjalaninya. Kita bisa buktikan saat kita membubuhkan tanda tangan di KTP dan ijazah, bila berbeda maka dianggap penipu kita ini. Dari itu cermin diri sekaligus pancapaian puncak tertinggi umat manusia dalam seni itu ada dalam tanda tangan.


Tanda tangan baiknya punya taste, konsisten, dan tanggaung jawab. Hati-hati kalau tanda tangan. 


Mari ngopi.. ☕️

#orasibudaya

Gimana Caranya Menjadi Content Creator


Menjadi content creator adalah impian banyak orang hari ini, alasan mereka cukup simple yakni menghasilkan banyak uang dengan cara mudah. Namun sedikit sekali yang tahu tentang bagaimana memulai menjadi content creator yang benar dan baik. Saya hanya ingin berbagi pengalaman lewat tulisan ini, paling tidak kamu tidak terpaku pada satu acuan baku menjadi content creator.


Tentang content creator

Content Creator adalah orang yang membuat konten edukatif, informatif dan menghibur sesuai keinginan audiens. Konten yang dibuat oleh Content Creator bisa macam-macam, bisa foto, video, podcast, tulisan, digital art, dan lainnya. Konten-nya bisa dibagikan melalui media sosial yang sesuai. Bisa YouTube, Twitter, TikTok, Instagram, Facebook, atau blog.


Sebenarnya sebelum istilah content creator ini muncul, diantara kita bahkan telah memulai membuat sebuah konten tetapi saat itu belum disebut dengan content creator hanya disebut dengan istilah pembuat konten saja.


Tahukah kamu istilah konten sebenarnya dari mana, sebagai seorang yang ahli di bidang broadcasting, media tv dan film. Istilah konten sudah ada sejak era televisi muncul dan mengudara secara umum, hanya saja penyebutannya berbeda. Di televisi istilah konten disebut dengan program atau acara televisi dengan katagori yang hampir sama dengan jenis-jenis konten hari ini. Yakni program acara format news, non drama, dan drama yang ketiga format ini sama persis yang beredar di media sosial.


Ketika era Youtube menguasai jagat media sosial dengan kanalnya yang berisi berbagai isi, istilah konten menjadi sangat populer hingga akhirinya muncul istilah content creator (kreator konten).


Jadi untuk memulai menjadi content creator sebenarnya cukup mudah, yang pertama kamu harus tahu pekerjaan content creator adalah membuat berbagai macam konten mulai dari teks, foto, video, audio, animasi, motion, grafik, dan lain-lain yang berhungan dengan tampilan audio visual.


Yang kedua kamu wajib punya konsep, saat kamu membuat sebuah konten diperuntukan bagi siapa dan mau seperti apa tampilannya. Secara umum sebenarnya jenis konten itu hanya ada tiga jenis yakni hiburan (menghibur), pendidikan/pelatihan (edukasi – how to), dan informasi (menginformsi). Walaupun isi dan formatanya kemudian bisa jadi vlog, podcast/lifecasting, dan vod (video on demand).


Nah kalua sudah tahu konten apa yang akan kamu buat, selanjutnya harus konsisten. Yakni membuat jadwal harian, bulanan, dan tahunan untuk kamu produksi dan kamu upload/unggah.


Kira-kira platform media sosial mana yang cukup menjanjikan untuk mendapatkan cuan? Akan saya bahas di artikel selanjutnya


Oleh Mahapatih Anton | Praktisi seni & media audio visual, Penulis dan Sutradara

Karena Kita Tidak Tahu



Kita lahir di dunia, dengan cara (baca: bekal) tidak tahu. Tuhan begitu saja menciptakan kita menjadi makhluk bernama manusia mewarisi watak Adam yang diturunkan ke bumi. Tak ada yang tahu kenapa kita terlahir dengan berbagai jenis dan rupa, juga tidak tahu menjadi darah keturunan siapa. 


Lalu tahu-tahu kita menjadi manusia yang dianugerahi akal dan fikiran yang digunakan untuk beranggapan bahwa kita sudah tahu. Menjadi tahu kita laki-laki, perempuan, tahu bagus rupanya, dan tahu jelek rupanya. Kita tidak tahu kenapa kita diberi rupa yang berbagai macam bentuk olehNya. 


Menjadi tahu kita adalah keturunan si kaya dan si miskin pun kita tidak dikasih tahu olehNya sebelumnya. Tahu-tahu strata itu muncul, kamu kaya dan kamu miskin dari sesama manusia. Kamu keturunan ningrat kamu keturunan jelata pun sama sekali kita tidak tahu, kenapa kita tiba-tiba menjadi salah satu bagian dari kelompok dua strata itu.  


Kita tidak tahu kenapa kemudian kita ini diberi jatah rizki harian, bulanan, tahunan dan bisa untuk makan dan ada yang tak bisa makan. Kita tidak tahu kenapa kita bisa berjodoh dengan lawan jenis sampai mendapati anak, pun dengan hal yang kita tidak akan tahu anak-anak kita kelak menjadi apa. 


Detik ini yang kita tahu hanya kita sedang hidup di dunia, hidup yang menurut akal fikiran kita sadar tahu “beginilah alam dunia terhampar luas bumi yang beratap dan terselimuti langit” selebihnya kita tidak tahu akan wujud pengalaman di alam ruh sebelum kita lahir di dunia hingga tahu-tahu kita sudah di dunia. 


Ketidaktahuan kita dari perjalanan di alam ruh, alam rahim lalu tahu-tahu kita sudah besar dewasa menjadi makhluk bernama manusia. Bahkan perjalanan selanjutnya sampai nanti alam barzakh, alam makhsyar hingga alam akhirat kita tidak tahu sama sekali. 


Kita bahkan tidak tahu kapan kita kembali di alam ruhNya. Sampai benar-benar kita tidak tahu nanti apakah bertempat di neraka atau di surga. Kita juga tak tahu neraka seperti apa rasanya dan surga seperti apa nikmatnya.  


Lalu, apakah pengalaman kita selama di dunia kelak akan kita saling ceritakan jika kita ditempatkan di surga atau di neraka? Kita tidak tahu. 


Tolok ukur apa kita tahu bahwa seluruh ibadah kita diterima atau tidak diterima olehNya. Yang pasti kita tidak tahu. 


Maujud alam raya ini sesungguhnya kita ini tidak tahu mengapa ada rupa ini, rupa itu, bentuk ini, bentuk itu dan segala yang mengelilingi dunia ini. 


Jadi tak ada yang tahu kita ini akan seperti apa, satu-satunya pemberitahu itu adalah kekasihNya —Muhammad Rasulullah— “kalau bukan karenamu Muhammad, Aku tidak ciptakan alam semesta ini” dalam hadits qudsi. Jadi kita ini benar-benar tidak tahu semua ini, maka jalan yang menyelamatkan untuk tahu adalah mendekati kekasihNya agar kita menjadi tahu. Dan dekatlah kepada Yang Maha Tahu supaya kamu diberitahu jalan pulang kepadaNya.  


Sebab kita ini lahir di dunia dari ketidaktahuan dan akan kembali kepadaNya juga dengan ketidaktahuan kapan pulangnya.

صلى على محمّد

Mahapatih Anton
8 Oktober 2022M / 12 Rabiul Awwal 1444

Film Cruella Sebuah Perpaduan Seni Teater, Naratif, dan Sinematik Ciamik


Klu (Clue) dari film ini adalah, jika kamu ingin menonton film dengan gaya teater yang kental, tontonlah film ini. Tidak cukup secuil film ini akan saya bahas, namun saya sudah kasih klu atau kata kunci dari film tersebut. Jika dilihat dari dua unsur pembangun film yakni unsur naratif dan unsur sinematik film Cruella sangat berhasil menuturkan dua unsur tersebut. Pun aspek utama seni film yakni apa yang disebut dengan miss en scene (segala hal di depan scene) film ini sangat berhasil. 


Unsur naratif film tersebut itu yang mana sih? Saya anggap kamu sudah tahu apa yang disebut dengan unsur naratif dari film, yaps benar unsur naratif adalah unsur cerita dari film tersebut. Keberhasilan cerita biasanya ditandai dengan suksesnya film tersebut dalam menyajikan tiga babak secara utuh yakni babak perkenalan (ACT 1), babak konflik (ACT2) dan babak penyelesaian (END). Cruella berhasil membawa babak demi babak dengan sangat fantastis, ditambah cerita yang dibuat adalah multiplot tidak satu alur cerita saja. 

 


Cara bercerita di babak perkenalan penonton dibuat cepat namun dengan mudah memahami cerita yang disajikan. Dimulai dengan melihat kehidupan Estella muda (Tipper Selfert-Cleveland) yang tinggal bersama ibunya (Emily Beecham), di sekolahnya bahkan Estella digambarkan seorang anak nakal yang genius, saban hari membuat masalah di sekolah. Cerita beralih ke alur cerita ibunya yang berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ia dan ibunya pergi meninggalkan kampung halaman untuk pergi ke London. 


Tetapi suatu peristiwa tragis terjadi yang menyebabkan ibu Estella terbunuh. Estella muda pun akhirnya tinggal di London sendirian lalu bertemu dengan Jasper (Joel Fry) dan Horace (Paul Walter Hauser) yang juga yatim piatu. Sedikit menggambarkan bekal kenakalan mereka bertiga yang berprofesi sebagai pencopet hingga dewasa, namun Estella tidak lupa dengan mimpi besarnya untuk menjadi perancang busana.




Dan inilah babak konflik (ACT 2) di sini multiplot pun dimainkan oleh penulis cerita, jika tidak menonton dengan seksama saya pastikan penonton akan sedikit terkecoh. 


Di ACT 2 (babak 2) ini Estella akhirnya dapat bekerja dengan perancang busana paling bergengsi di London, The Baroness (Emma Thompson). Dan setelah mengalami berbagai macam peristiwa, Estella memutuskan untuk bisa maju dalam dunia fesyen dan mengalahkan bosnya, ia harus tampil dengan persona baru yang dibuatnya, Cruella. 




Kisah Cruella pun dimulai dengan kilas balik yang membentuk cerita latar belakang dari kehidupan Cruella itu sendiri. Lalu adegan di masa mudanya tersebut dengan cepat beralih ke tahun 1970-an di London di era punk rock mulai berkibar di Inggris.


Nyatanya pilihan menempatkan Cruella di era 70-an boleh dibilang merupakan suatu hal yang cerdik. Masa ketika dimana "fashion punk" mulai berakar dan sentimen anti kemapanan mulai menguat terutama di kalangan anak-anak muda di era itu.


Di babak ini, Anda akan menyaksikan bagaikan sebuah pertunjukan teater yang maha asik luar biasa terutama akting yang dipersembahkan oleh Emma Stone. Stone begitu piawai menempatkan dirinya untuk berganti peran dengan kepribadian yang terbelah, seakan dengan begitu mudahnya ia mengubah karakter antara Estella yang baik hati serta lembut dan Cruella yang haus kekuasaan dan pendendam.





Di sinilah keberhasilan seorang sutradara dalam mengarahkan pemain, di mana satu tokoh mampu bermain dua karakter berbeda hingga ending


Ending (babak 3) pun masih konsisten dengan jalan cerita bak pertunjukan sebuah teater. Cruella berhasil membalas dendamkan ibu angkatnya dengan membunuh ibu kandungnya sendiri, sekaligus bos di tempat dia bekerja. 




Bagaimana dengan unsur sinematik dalam film ini? Film Cruella ini menurut hemat saya adalah film dengan berbiaya cukup mahal sekaligus film dengan riset tokoh, lokasi, kostum wardrobe, dan musik yang cerdik, menawan dan mewah. Walau dalam setting yang digunakan era 70an yang cukup kumuh dan terbatas namun di film tersebut secara sinematik tak terlihat kumuh dan terbatas justru sebaliknya sangat mewah dan menawan. 



Perpaduan color look, pemain, setting, musik, dan editing yang baik adalah menjadi keberhasilan dalam film Cruella. Inilah indikator penggunaan mise en scene dalam film yang cukup sukses. 


Saya bahkan dibuat terkejut di adegan-adegan awal, yang hampir semua gaya pengambilan gambar (camera angle, size shot dan camera movement) bisa dikatakan cukup progressif dan segar, walau acuan visual bergaya sinema Perancis namun sepanjang film ini bercerita lebih bercita rasa Amerika Film. 




Pergerakan pemain dengan segala setting dan kostum yang melekat nampak sempurna masuk di era 70an. Editing visual sangat konstruktif, walau film ini digarap dengan multiplot dan maju mundur namun gaya editing di film ini justru menarik. Penggunaan transisi untuk perpindahan dari waktu ke waktu dari Estella ke Cruella nayaris sangat lembut. 


Secara umum film ini dimaksudkan sebagai sebuah otobiografi/biopic Cruella sebagian besar tampil ciamik dan didukung dua hal: naratif dan sinematik yang mewah dan menawan.


==========

Biografi (sering diistilahkan biopic: biografy picture) secara umum merupakan pengembangan dari genre drama dan epik sejarah. Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh bepengaruh di masa lalu maupun kini. Film biografi umumnya mengambil kisah berupa suka duka perjalanan hidup sang tokoh sebelum ia menjadi orang besar atau keterlibatan sang tokoh dalam sebuah peristiwa besar.


oleh Mahapatih Anton

Sutradara | Penulis | Praktisi Seni Audio Visual


Hari ini, Sekolah itu gak penting

“Menurut saya sekolah itu enggak penting, kok bisa?”


Sejak pandemi menjamah bumi ini semua pola hidup berubah seketika dan mendadak, segalanya dipaksa masuk ke dalam IoT (Internet of Things) dan bersifat virtual. Apalagi negeri ini yang masih mayoritas lebih suka manual dan konvensional tiba-tiba diajak untuk menjamah dunia yang serba otmatis dan online (IoT). Para pekerja dipaksa bekerja dengan WFH (Work Of Home - online) dan para pelajar/mahasiswa/i dipaksa belajar dengan online (Zoom, G-Meet, G-Class dan lain-lain), semuanya gagap sebab tak satu pun kantor dan sekolah/kampus yang sebelumnya menggunakan tata cara dan istilah-istilah tersebut. 


Baiklah saya tidak akan bicara di ranah industri atau pekerja, yang akan saya bahas adalah mereka para pelajar dan mahasiswa/i yang belajar secara daring (online), apakah semua berjalan dengan baik? 


Dalam benak hati saya berfikir, sebenarnya keberadaan sekolah/kampus untuk saat ini tidaklah penting. Bagaimana tidak, semua hal hari ini bisa dipelajari via online di Google, YouTube dan media sosial lainnya. Jadi apa fungsi guru/dosen saat ini? Apa fungsi sekolah/kampus saat ini? pada kenyataannya semua hal bisa dipelajari via internet secara online dan mandiri. Tinggal buka video, teks atau foto tinggal ikuti/baca lalu praktik dan langsung bisa. 


Makanya saya tidak pernah heran jika ada anak-anak muda yang tanpa sekolah atau belajar di sekolah tetiba bisa ngehack, bisa membuat sesuatu, bisa merakit ini itu, bisa memperbaiki ini itu, dan banyak hal lain yang bisa diperoleh dari internet. Lalu apa guna sekolah/kampus? Dan apa guna Guru/Dosen? 


Perubahan fundamental pendidikan harus secara serius dibenahi, jika tidak maka yang terjadi adalah generasi yang lahir tanpa guru dan tanpa lembaga sekolah. Dan ini sudah terjadi dan akan berlangsung seterusnya. 


Fungsi guru/dosen saat ini mestinya harus berubah menjadi mentor dan motivator, tidak bisa lebih dari itu. Ilmu seorang guru/dosen sadar tidak sadar kini semuanya telah tersimpan lebih luas di dalam server/big data IoT, dan mereka (guru/dosen) tidak lebih pintar dari seorang murid. Harus diakui itu. 


Guru/dosen dengan tipe yang masih saja menerapkan pembelajaran mendikte apalagi marah-marah, pelan-pelan akan dijauhi oleh murid-murid dan mahasiswa/i-nya. Catatan juga, sistem belajar daring bisa dikontrol dengan mentoring terstruktur menggunakan fasilitas tersedia bejibun di internet dan bisa dioperasikan melalui smartphone. Sayangnya ini juga belum banyak dilakukan oleh guru/dosen. 


Lembaga sekolah yang mempunyai gedung dan bangunan pada akhirnya hanyalah sebuah tempat wisuda dan tempat pertemuan semata. Ke depan mestinya harus ada lembaga pendidikan yang membuat bangunan gedung lengkap dengan fasilitas bermain, bukan lagi fasilitas belajar. Sebab belajar itu bisa dilakukan di mana saja, bahkan jika pandemi ini berakhir pun tetap bangunan gedung sekolah/kampus hanya akan menjadi rumah hantu. Oleh sebab anak-anak hari ini telah lebih suka belajar menggunakan internet dan menyendiri di rumah, di tengah sawah, di tepi sungai dan berbagai tempat. Bangunan gedung akan tetap dapat digunakan kecuali jika diubah menjadi tempat bermain/sosialisasi nyata. 


Sekali lagi saya katakan guru/dosen, gedung sekolah/kampus dan fasilitas lain di dalamnya tidak menjadi bermanfaat apa-apa kecuali diubah fungsinya. 


Selamat datang sekolah bermain dan kampus bermain.


Anton Mabruri KN 

Ketum AGBI | Penulis | Filmmaker | Conten Creators 

Perubahan Standarisasi Program (Konten) Televisi


“Hei guys... kita hari ini sedang jalan-jalan di daerah Jogja tepatnya di daerah malioboro. Siapa sih yang engga kenal malioboro? Yaps tempat nongkrong, jalan-jalan dan belanja bagi para wisatawan asing maupun lokal yang ada di Yogyakarta. Kali ini akan saya coba menjelajah makanan khas kota Jogja ini dan belanja oleh-oleh, yuk ikuti.....” 


Seorang host membuka program acaranya dengan sapaan yang sedang nge-hype saat ini. Bukan hanya opening program/konten saja yang hari ini berubah, bahkan pengambilan gambarnya pun telah berubah. Dengan hanya menggunakan kamera action (go pro), mirrorless plus dji osmo (steadycam), dan bahkan smartphone plus tongsis (monopod) sebuah konten kini dapat dibuat dan diproduksi. Dengan tanpa peralatan kamera besar sebuah konten telah bisa sama-sama kita tonton dengan tetap menarik dan menghibur. 


Sebelum era televisi digital berbasis internet mengisi ruang-ruang tv keluarga, tentu tayangan semacam itu – shooting dengan kamera yang cenderung shaking – akan banyak dikritik dan mungkin banyak ditinggalkan oleh para penonton. Namun pada kenyataannya kini justru televisi telah banyak mengadopsi konten-konten jenis tersebut, dan faktanya penonton malah cenderung nyaman dan menikmati. 


Jika dahulu SOP broadcast tv terus menjadi kendala setiap individu / kelompok / organisasi / perusahaan saat akan membuat program/konten tv, maka hari ini semua telah berubah. Standarisasi brodcast tv/radio bahkan telah mengalami perubahan yang cukup drastis diimbangi oleh majunya teknologi informasi zaman ini. Apakah berarti standar broadcast tv/radio telah tiada? Secara teknis sudah tidak ada batasan, namun secara etik tetap ada dan menjadi sangat penting oleh sebab kecenderungan para pemproduksi konten sering mengabaikan sisi-sisi etika, nilai dan norma serta hukum. 


Perubahan lain dalam teknik adalah pengambilan gambar tidak lagi mengandalkan multicam, tetapi yang paling penting adalah bagaimana penampilan pemain/talent/host mampu menjaga ineteraksi di depan kamera dengan baik. Beberapa dari mereka malah mengambil gambar dengan one shot (kamera tunggal) yang mereka jelajah sesukanya, namun tetap terlihat asik dan konstan. Dalam kasus ini kita bisa lihat para podcaster yang membuat kontennya dengan hanya satu kamera dan berhasil ditonton ribuan sampai jutaan viewers. Atau para vloger yang membuat konten tentang tips & trik, review, dan lain-lain yang cara menggarapnya hanya dengan singlecam, pun tetap ditonton ribuan hingga jutaan viewers


Standarisasi Produksi Film

Begitu rupa perubahan di dalam produksi film, pun mengalami perubahan. Dalam riset studi kasus yang saya lihat adalah pada film NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini) versi web series (YouTube) di mana pengambilan gambar cenderung one shot dengan menggunakan alat bantuan steadycam. Selain memudahkan pengambilan gambar juga mempercepat jalannya produksi, sebab angle gambar yang dicipta hanya one shot tanpa memerlukan cut in/inter cut dan mungkin AB Roll editing. Yang pernah bekerja di dunia perfilman akan tahu, bagaimana dalam satu adegan kadang kita harus mem-breakdown shot dengan minimal shot angel 2 jenis. Itu artinya memerlukan dua kali pengambilan, belum lagi bila dalam satu kali pengambilan mengalami kesalahan maka akan dilakukan take 2, take 3 dan seterusnya. Di Film NKCTHI sutradara berhasil mem-breakdown shot hanya dengan shot tunggal dan follow shot, dengan masih tetap mempertahankan sisi cinematiknya. 


Apakah melanggar satandarisasi produksi film? Tidak sama sekali, sebab dalam film juga mempunyai dua teori baku yakni cinema verite dan direct cinema yang berkembang hingga kini. 


Perubahan besar itu terjadi bukan semata-mata tanpa alasan. Faktor utama yang mendorong produksi program/konten mengalami perubahan adalah kemudahan medium tayangnya dan kemudahan dalam menyebarluaskan konten tersebut tanpa harus melewati badan sensor atau KPI. 

Yang pada akhirnya kontrol konten ada pada kekuatan masyarakat yang kritis dan menjaga nilai-nilai, moral, dan norma serta hukum di atas segalanya. 


oleh 

Anton Mabruri KN 

Ketum AGBI

Start Work With Me

Contact Us
Mahapatih Anton
+62 818 1898 4342
Kota Depok, Jawa Barat