Ada satu karakter kuat yang dimiliki oleh masyarakat Nusantara ini khususnya orang Jawa (ini bukan sukuisme). Karakter itu yang membuat islam berkembang begitu cepat di Nusantara ini. Dalam islam selalu diajarkan untuk sabar dan syukur, sebagai pegangan hidup agar tidak mudah gelisah, galau dan mungkin boleh jadi ambyar.

Orang jawa menyatukan dua pilar islam yakni sabar dan syukur, itu disatukan dalam kata "untung". Sejenis pujian sekaligus ungkapan syukur pun di dalamnya sabar. Sekalipun kita ini terkena musibah kadang kita akan mengatakan "untung masih hidup", tak cukup sampai di situ. Saat kita menghakimi copet atau maling pun, masih saja kita mengucap syukur "untung cuma maling ayam" padahal mereka ini berbuat jahat pada kita.

Orang-orang Jawa selalu mengatakan "untung" ini sebetulnya sedang mengukuhkan hatinya bahwa ia sedang bersabar dan bersyukur. Sampai dalam kesusahan pun kita masih bisa bicara "untung masih sehat, waras bregas dan bisa makan", maka boleh jadi kita ini sebenarnya lebih suka hidup apa adanya.

Tanpa kita sadari ketika kita mengatakan kata "untung" sebetulnya kita ini masuk dalam level ma'rifah dalam perjalanan spiritual para sufi. Sebab kita telah memasrahkan dan kita telah memujiNya meski kita dalam keadaan yang sangat payah/susah, "untung masih waras". Kemudian siapa tahu juga diantara kita saat mengucap kata "untung" dengan begitu lapang dada dan ridho disertai dalam hatimu ada rasa cintamu pada Alloh itu dari segalanya.

"Untung kita masih dilindungi Alloh, sehingga terbebas dari wabah penyakit" ini sebelum sakit. Setelah sakit pun masih untung, "untung hanya sakit thypus...". Yang sakit lainnya "untung cuma sakit flu.." dan seterusnya kita terus memujiNya sekaligus sabar dan syukur, padahal sedang susah dan payah.

Untung hari ini aku masih bisa nulis di medsos ditemani ngopi. Hehhe... 🤭☕