-->

Sunday 15 December 2019

Kita Adalah Generasi Penghafal

Belum pernah saya mendengar dari para menteri pendidikan sebelumnya yang mengatakan dengan lugas dan terang untuk menghilangkan UN (Ujian Nasional), kebijakan tersebut berlaku di tahun 2021. Dan menurut saya pula, alasan yang diberikan oleh Mas Nadim (menteri Pendidikan dan Kebudayaan) yang mengatakan bahwa kita ini harus sudahi belajar dengan cara mengahafal, “Kita ini generasi penghafal” tukasnya. Apa yang membedakan cara belajar dengan menghafal dan membiarakan anak-anak berekplorasi diri dengan kemampuannya? Jelas hasilnya berbeda, kita bisa saksikan hari ini.

Tentu yang dimaksud pengahfal adalah di mana guru hanya memerintahkan murid-muridnya untuk hanya mengingat satu mata pelajaran yang ia sampaikan. Padahal murid di Indonesia ini belajar dengan banyak sekali mata pelajaran, semua guru tuntutannya sama, harus menghafal. Bagaimana rasanya dulu saat kita hafalan rumus-rumus fisika, kimia, matematika dan lain-lain, namun satu sisi pada saat kita terjun ke dunia nyata yang diperlukan adalah keahlian pada bidang pekerjaan tertentu. Bertahun lamanya kita belajar hanya untuk diperintah untuk menghafal segala rupa mata pelajaran, namun sekali lagi itu tidak digunakan dalam dunia nyata.

Itu kenapa sejak dulu saya bahkan kurang menyukai mata pelajaran yang sifatnya menghafal, karena buat saya sangat menjenuhkan. Kita seperti dikerangkeng oleh definisi-definisi yang terpampang di buku, dan menurut saya akhirnya baik guru maupun murid akan sama-sama menjadi bodoh. Bagaimana tidak, seorang guru akan meniliai muridnya “sangat baik” ketika dia melihat sang murid yang mampu menjawab sesuai dengan yang ada di buku ‘ketiplek-plek’ tidak boleh beda. Bila berbeda makan nilainya bisa setengah atau seperempat, ah betapa kita ini hanya diperbudak oleh pengetahuan yang sifatnya untuk dihafal.

Hari ini telah lacur semua, generasi-generasi penghafal akhirnya hanya bisa teori saja dan tak mampu membuat terobosan soal penemuan-penemuan dan munculnya gagasan-gagasan baru di semua bidang ilmu pengetahuan. Para murid yang mampu keluar dari zona penghafal kini bisa dengan berani menghadapi pertarungan hidup, dari pada murid yang sejak dulu kerjanya hanya menghafal. Pun bukan berarti menghafal itu tidak baik, menghafal teori dasar dari sebuah pengetahuan itu mutlak. Tetapi menghafal contoh-contoh yang ada di buku tanpa memberikan kebebasan murid untuk berfikir itu sama halnya mendidik kebodohan bukan mendidik menjadi pintar.

Wujud nyata yang sudah saya lakukan adalah dalam kurun satu dekade ketika saya menjadi guru bahkan saya sangat tidak suka dengan tipe soal yang hanya menghapal misalnya soal-soal pilihan ganda. Secara kerumitan soal jenis tersebut bahkan tidak rumit, berbeda dengan soal essai yang tingkat kerumitan menjawabnya jauh lebih menantang. Dan saya selalu memilih membuatkan soal-soal mata pelajaran dengan esai, misalnya “menurut kamu definisi kompeten itu apa?”. Sejumlah murid pun menjawab dengan berbeda, di sanalah saya dapat melihat masa depan mereka dengan nayata sehingga saya tinggal menuntunnya untuk menuju cita-citanya.

Yang terakhir, bagi saya kemampuan literasi dan numerasi adalah sebuah kemapuan inti dari cara belajar manusia. Kemampuan literasi adalah kemampuan di mana kita dapat memecahkan sebuah persoalan dengan pemahaman literatur-literatur yang ada dan kita kuasai (kompeten). Sedangkan kemampuan numerasi ialah kemampuan berhitung (menganalisa) sebuah pekerjaan, persoalan dan segala hal lainnya dengan logika-logika hitungan yang kita kuasai juga.

Semoga dengan cepat Indonesia ini beradaptasi dengan kemajuan zaman yang telah meninggalkan para penghafal tetapi memilih generasi yang mempunyai skill kompetensi dan keahlian khusus.

Anton Mabruri KN (Penulis & Pendidik)

Web ini dikelola oleh Admin. Anton Mabruri adalah seorang Filmmaker | Broadcaster | Penulis | Content Creator. Ia hanya ingin MEMPERBAIKI INDONESIA.

0 komentar:

Post a Comment

Start Work With Me

Contact Us
Mahapatih Anton
+62 818 1898 4342
Kota Depok, Jawa Barat