-->

Monday 8 March 2021

Masa Depan SMK HEBAT, SMK BISA



SMK oh SMK..., sejak semalam hati saya tergelitik benar, sampai tak bisa tidur. Oleh sebab apa? Sekian tahun saya berkecimpung di dunia SMK tapi tak menemukan atas jawaban mengapa SMK itu banyak sekali berdiri dengan berbagai jurusan. Sayangnya lagi sebagaian besar lulusannya tak terserap di industri dalam negeri, karena memang industri yang tumbuh juga tak seimbang. Ini PR besar kita bersama yang harus dipecahkan bersama.


Suatu kali kita berkali-kali dengar paparan dari pejabat Kemdikbud bahwa kita ini harus memperbanyak jumlah SMK dengan asumi bahwa SMK itu langsung menjurus ke keahlian/kompetensi. Setiap kali paparan tersebut dijelaskan terlihat juga kesombongan para pejabat itu, yang mengaku pernah sekolah di LN (sebut saja Jerman, Belanda, Australia, dan beberapa negara Asia) dengan biaya dari pemerintah. 


Apa oleh-oleh yang mereka dapat, jawabnya nyaris sama "bahwa di LN itu sekolah lebih spesifik ke keahlian, misalnya di Jerman. Di sana penduduknya bersekolah langsung ke kejuruan untuk memenuhi kebutuhan industri". Terus menerus mereka mengatakan hal itu, tapi lupa esensi mengapa mereka diminta sekolah di LN itu untuk apa?


Well done. Setelah saya jumpa dengan teman yang pernah hidup di Jerman cukup lama, dan dia bercerita panjang lebar. Saya baru tahu inti mengapa di Jerman semua sekolah langsung ke kejuruan. Inilah paparan jawabannya yang perlu saya share agar teman-teman SMK terbuka dan tahu ada apa di negara-negera Eropa sana.


Pertama, harusnya pejabat yang pernah sekolah di LN itu melakukan riset/studi bagaimana kausalitas antara sekolah dan industri itu saling kerja sama. Walaupun ini berhasil dipahami tapi ada miss, apa miss-nya? Mestinya pejabat tersebut mampu membuka peluang pasar SDM untuk lulusan SMK bisa bekerja di LN semisal Jerman dan negara-negara yang mereka pelajari. 


Faktanya lagi, setiap kali perusahaan-perusahaan Eropa butuh SDM dari Indonesia malah diabaikan bahkan beberapa pejabat tekait membisniskan ini. Membuat orang Indonesia enggan untuk melamar kerja di sana.


Padahal menurut informasi teman saya ini, di Eropa sangat memerlukan SDM-SDM ahli dari negara lain walaupun hanya lulusan SMK. Sayangnya saluran dari Indonesia masuk ke Eropa terhambat oleh berbagai kepentingan birokrasi, cenderung bisnis.


Kedua, faktanya tidak semua orang Eropa itu bisa berbahasa Inggris dengan baik. Dan juga tidak semua berpendidikan tinggi, mereka yang bekerja di pabrik-pabrik dan industri lain rerata hanya lulusan level SMA/SMK bahkan ada yang hanya lulusan SMP.


Budaya feodalistik kita memang hingga sekarang susah hilang. Menganggap bule memiliki kelas yang lebih tinggi dari kita padahal tidak semuanya, tutur teman saya. Dia juga bilang mereka kebanyakan malah hanya lulusan level SMK/SMA.


Di negara manapun keahlian orang Indonesia sangat banyak diminati selain sikap ramahnya yang membuat negara lain suka dengan bangsa kita. Lanjut cerita teman saya ini. 


Jadi, Kemdikbud dalam hal ini telah gagal mendefinisikan SMK hebat. Sebab kenyataannya tidak bisa membuat jembatan/fasilitas hubungan kerja sama dengan industri-industri LN yang jelas sangat memerlukan orang Indonesia. Selama ini informasi tentang kerja di Luar Negeri masih sebatas TKI dan TKW padahal di Eropa telah membuka diri untuk para lulusan SMK dari Indonesia.


Beberapa negara Eropa bahkan membuka diri para imigran untuk menjadi warga negara mereka resmi, dengan catatan menetap dan hidup berkeluarga di sana.


Dari semua itu teman-teman SMK wajib benahi skill bahasa, krisis percaya diri, dan hilangkan budaya feodalistik. Agara lulusan SMK mampu bersaing di LN, terakhir jangan berkecil hati/minderan lulusan SMK ini. Harus percaya diri. 

SMK BISA HEBAT.


Ketum AGBI 

Web ini dikelola oleh Admin. Anton Mabruri adalah seorang Filmmaker | Broadcaster | Penulis | Content Creator. Ia hanya ingin MEMPERBAIKI INDONESIA.

0 komentar:

Post a Comment

Start Work With Me

Contact Us
Mahapatih Anton
+62 818 1898 4342
Kota Depok, Jawa Barat