Beberapa hari ini kita diramaikan oleh cerita soal Papua. Ada apa ini? berbagai cerita pun didongengkan dari berbagai sudut pandang. Bermula dari peristiwa di Surabaya yang mengabarkan bahwa ada bendera Merah Putih di depan asrama Papua yang dipatahkan tiangnya kemudian dibuang ke selokan. Hingga terjadilah mobilisasi massa ke asrama tersebut, pun dari sebagian mereka meneriakkan kata-kata rasis untuk saudara-saudara kita orang-orang Papua yang mungkin bisa jadi ia juga tak mengerti muasal dari kejadian di luar asramanya.
Tak cukup sampai pada caci maki, proses berlanjut pada intimidasi dan mungkin pada kekerasan fisik. Rentetan peristiwa ini berlanjut ke beberapa wilayah di NKRI ini, seperti di Semarang, Malang, Makassar, dan wilayah-wilayah lainnya. Hingga memuncak di kota Jayapura yang nyaris lumpuh.
Berbagai informasi dan berita menyebar ke seluruh pelosok negeri dengan cepatnya, itulah yang saya maksud dengan conneted society bahkan saya katakan bumi ini dihuni oleh 7,7 miliar manusia, 5 miliar sudah terhubung dan 3,5 miliar adalah pengguna media sosial yang aktif.
Bila kita urai dan rajut satu demi satu peristiwa ini bahkan sepertinya sudah disiapkan untuk diorkestrasi. Catat ORKESTRASI. Hari ini semua hal yang berhubungan dengan berita ketidaknyamanan, ketidakadilan dan kesemena-menaan baik itu fakta atau kebohongan mudah sekali untuk kita orksetrasikan yang berubah menjadi mobilisasi. Catat MOBILISASI.
Teori ORKESTRASI ini bahkan telah digunakan oleh orang-orang Eropa dan Amerika untuk menjegal perdagangan minyak sawit yang telah menjadi komoditas unggulan negeri ini dan menguasai pasar Eropa dan Amerika. Cara mereka menjegal adalah dengan mengORKESTRASI soal orangutan yang banyak dibunuh untuk demi pengembangan kelapa sawit baik di Kalimantan, Sumatera, dan Papua padahal faktanya tidak demikian. Orkestrasi yang mereka lakukan telah melibatkan publik figur dan artis-artis Hollywood, tujuannya hanya satu yakni mencegah merajalelanya minyak sawit di pasaran Eropa dan Amerika. Catatan : Minyak sawit digunakan untuk campuran disemua produk makanan bangsa Eropa dan AS.
Ada kemiripan pola yang dilakukan dalam kasus Papua ini, toh ternyata banyak pula organasasi dan termasuk lawan-lawan politik Jokowi yang mendompleng dalam kasus ini. Dan inilah situasi kebangsaan kita ini, satu sisi kita menginginkan perdamaian satu sisi masih ada beberapa orang yang tega menggadaikan negeri ini untuk kekuasaan semata. Apakah kalian masih cinta Negeri ini?, jika masih. Hentikan semua permusuhan ini, dan kita harus bahu membahu bangun negeri ini. Hei.... bangsa ini butuh kesatuan yang utuh untuk membangun, revolusi industri 4.0 ini banyak negara di luar sana yang mengalami kekacauan dan ketakutan sebab mereka tidak memiliki kelebihan SDM dan bonus demografi anak muda seperti negeri kita.
Setelah usai pilpres ini sudah semestinya tak ada lagi dendam apalagi terus ungkit-ungkit kesalahan, “elu kira situasinya sama kayak dulu...”. Situasi saat ini di setiap negara diselimuti ketidakpastian, oleh sebab penyesuaian-penyesuaian perubahan industri, sistem ekonomi dan perdagangan antar negara. Senjata mereka adalah keunggulan dan kekompakan membangun negeri. Kita lihat Korea Selatan dalam kurun waktu 30 tahun menyiapkan SDM dan potensinya, hingga semua hasil produk industrinya telah menguasai berbagi negara di belahan dunia ini. Bangsa China dengan Alibabanya membuat AS kalangkabut, hingga Trump nekat gaungkan perang dagang khusus untuk China.
Kita, iya kita hari ini masih saja terus saling mencela pemerintah yang sudah secara sah memenangi kontestasi. Kembalilah menjadi rakyat yang siap membela negeri ini jika diperlukan dan siap menyatukan NKRI kapan saja di mana saja. NKRI ini harga mati Bung!
Papua hanya bagian ORKESTRASI ketidakpastian dunia industri di luar sana yang boleh jadi panik dalam mendisrupsi medernisasi industri, jangan sampai kita ini ikut serta menari-nari penderitaan negeri ini yakni dengan kata-kata “mana nih yang Nasionalis sok bela negeri, sok NKRI harga mati... mana nih... mana nih...” rasanya kata-kata itu mudah sekali untuk dikenali siapa di belakangnya. Akan saya katakan “NKRI MASIH HARGA MATI, SAMPAI KAPAN PUN”
Sekian.
Saya mau ngopi dulu nih... hehehe...
0 Comments