Terus terang saya hanya ingat lagu yang dibawakan PADI soal “engkau seperti kekasihku”, syair yang indah namun akhirnya saya hanya memaknai syair ini saya persembahkan untuk para guru, kyai, ustadz dan mursyidku yang mewarisi akhlak kekasihku (Nabi Muhammad Shallallau ‘alaihi wassallam). Begini bunyi syairnya :
Engkau seperti kekasihku yang dulu
Sungguh hadirmu menyejukkan risau jiwaku
Begitu lekatnya perasaanku kini padamu
Hingga anganku kusandarkan padamu
Memang gerakmu, memang langkahmu
Mengingatkan aku pada dirinya yang telah berlalu
Ingin 'ku menyangkal, ingin 'ku membantah
Betapa pesona dirimu memikat erat jiwaku
Mungkin terbuai, mungkin aku terlena
Ada keinginan yang tak tentu arah
Engkau tercipta bukan untuk bersama
Biar kunikmati kerinduan ini
.............
Membayangkan Baginda Nabi Muhammad (Kekasih Allah) yang sesungguhnya beliau pun adalah makhluk manusia seperti kita. Sangat jelas Allah swt menggambarkan Nabi dalam surat At Taubah ayat 128, yang artinya demikian :
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, pengasih dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 128)
Sehingga sampai Allah sendiri bersholawat kepada Sayyidina wamaulana Muhammad, Allah subhânahû wa ta’âlâ di dalam Surat Al-Ahzab ayat 56 berfirman:
Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ ÙˆَÙ…َÙ„َائِÙƒَتَÙ‡ُ ÙŠُصَÙ„ُّونَ عَÙ„َÙ‰ النَّبِÙŠِّ ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّذِينَ آمَÙ†ُوا صَÙ„ُّوا عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„ِّÙ…ُوا تَسْÙ„ِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan bersalamlah dengan sungguh-sungguh.”
Beliau yang mempunyai ketinggian akhlak dari manusia di muka bumi ini.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dan akhlak pun menjadi kunci sukses bagi keberhasilan (dunia dan akhirat) manusia itu sendiri. Ajaran universal AKHLAK mampu menembus dimensi ruang dan waktu. Apa arti akhlak? Kata Imam Ghazali, akhlak adalah wajah batiniah manusia. la bisa indah dan bisa juga buruk. Akhlak yang indah disebut السَّـيِّئُ اَÙ„ْØ®ُÙ„ُÙ‚ُ sementara akhlak buruk disebut الْØَسَـنُ اَÙ„ْØ®ُÙ„ُÙ‚ُ
Akhlak yang baik adalah akhlak yang mampu meletakkan ‘Aqliyyah (Kejernihan fikir), Ghadhabiyyah (Emosi/Kemarahan), Syah-waniyyah (Keinginan-keinginan Syahwat) dan Wahmiyyah (Angan-angan) secara proporsional dalam jiwa manusia, Serta mampu meletakkan dan menggunakan secara adil dalam dirinya. Manusia yang berakhlak baik adalah orang yang tidak berlaku ifrath alias eksesif atau melampau batas dalam menggunakan empat hal di atas, dan juga tidak bersifat tafrith atau menyia-nyiakan/mengabaikannya secara total. la akan sangat adil dan proporsional di dalam menggunakan keempat anugerah Ilahi itu.
Kesempurnaan lahiriah beliau sering kita dengar dari riwayat para sahabat yang melaporkan tentang sifat-sifat beliau. Hindun bin Abi Halah misalnya mendeskripsikan sifat-sifat lahiriah beliau bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia yang sangat anggun, yang wajahnya bercahaya bagaikan bulan purnama di saat sempurnanya. Badannya tinggi sedang.
Postur tubuh Nabi tegap. Rambutnya ikal dan panjang tidak melebihi daun telinganya. Warna kulitnya terang. Dahinya luas. Alisnya memanjang halus, bersambung dan indah. Sepotong urat halus membelah kedua alisnya yang akan timbul saat marahnya. Hidungnya mancung sedikit membengkok, yang bagian atasnya berkilau cahaya. Janggutnya lebat, pipinya halus. Matanya hitam. Mulutnya sedang. Giginya putih tersusun rapi. Dadanya bidang dan berbulu ringan. Lehernya putih, bersih dan kemerah-merahan. Perutnya rata dengan dadanya.
Bila berjalan, jalannya cepat laksana orang yang turun dari atas. Bila menoleh, seluruh tubuhnya menoleh. Pandangannya lebih banyak ke arah bumi ketimbang langit, sering merenung. Beliau mengiringi sahabat-sahabatnya di saat berjalan, dan beliau jugalah yang memulai salam.
Lalu siapa yang mewarisi kemuliaan Nabi Muhammad saw, adalah mereka para ulama, Utadz, Kyai, Guru Agama, dan Mursyid. Merekalah kekasihku yang saat ini yang kubayangkan seperti kekasihku yang dulu (Nabi Muhammad).
Nabi Muhammad SAW menyebutkan, al-‘ulama waratsatul anbiya’, ulama merupakan pewaris para Nabi. Warisan Nabi tidak hanya ilmu agama, tetapi juga keistimewaan dan akhlak mulia terhadap sesama makhluk Allah di muka bumi.
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam bukunya Secercah Tinta (2014) menjelaskan tentang siapakah ahli dzikir itu. Ia menyatakan bahwa ahli dzikir adalah para wali dan para ulama yang dalam hatinya terdapat rasa takut (khasyyah) kepada Allah SWT. Dalam QS Al-Anbiya ayat 7 disebutkan bahwa ahli dzikir ialah orang-orang berilmu. Namun, perlu dipahami bahwa ahli dzikir bukan sekadar orang yang pintar. Itu artinya semua orang pintar bukan berarti ahli dzikir. Dengan kata lain, semua orang pintar tidak bisa dikatakan sebagai ulama.
Engkau seperti kekasihku yang dulu
Sungguh hadirmu menyejukkan risau jiwaku
Begitu lekatnya perasaanku kini padamu
Hingga anganku kusandarkan padamu
Oh senantiasalah engkau kekasihku berada di bumi ini untuk menjaga bumi Allah dari kerusakan. Aku rindu kepadamu kekasihku...
Anton Mahapatih
Sumber literasi :
http://www.nu.or.id/post/read/8624/indahnya-akhlak-nabi-saw
http://www.nu.or.id/post/read/47945/ciri-ciri-dan-akhlaq-rasulullah-saw
http://www.nu.or.id/post/read/96220/apa-makna-allah-dan-malaikat-bershalawat-kepada-nabi
http://www.nu.or.id/post/read/95917/tentang-definisi-ulama
0 Comments