SYAM’UN AL GHAZI (Kisah SAMSON yang sesungguhnya)

Rumah besar itu bernama mudik, perjalanan tahun ini tentu makin dalam dan makin intim. Perjumpaan dengan Abah (aku biasa memanggil ayahku) banyak berbagi pengalaman dan diskusi, dari soal agama, sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Semua itu tentu untuk melengkapi cara pandangku kepada kampung dan tanah air kelahiran ku. Sebagai generasi penerus yang lahir di kampung Rengaspendawa – Larangan – Brebes, suka tidak suka aku memang terlahir dari seorang yang pertama kali membabat alas kampung halaman itu.

Diskusi jam 10.00 pagi itu aku mulai. Aku tidak bertanya apa agama Abahku? Seperti kekurang ajaran generasi jaman ini. Cerita itu mengalir dari Abahku, bahwa qodlo dan qodar Alloh swt itu bisa dirubah. Dan aku langsung menjawab “iya” terutama pada saat malam Lailatul Qodar yakni malam kemuliaan/kebaikan 1000 bulan.

Dahulu ada seorang yang bernama Syam’un Al Ghazi, Abahku memulai ceritanya. Syam’un  Al Ghazi adalah orang yang hidup di jamannya, usianya tentu ratusan tahun lebih. Beliau adalah orang yang rajin ibadah, sabar, pembela kebathilan dan memerangi kaum kafir di jamannya. Konon ia pernah melakukan ibadah selama 83 tahun setara dengan 1000 bulan di malam Lailatul Qodar, hingga akhirnya Syam’un dikaruniai tubuh yang kuat dan kekar (sakti mandra guna) bukan sakti mandra gate loh ya...

Karena pengakuan Syam’un Al Ghazi kepada Sang Khaliq Yang Tunggal, membuat Raja kafir murka dan berniat selalu membunuhnya, berbagai macam upaya pembunuhan dilakukan. Syam’un dikeroyok oleh para tentara Raja dengan berbagai jenis senjata mematikan mulai dari palu gada, pedang, tombak dan lain-lain. Apa yang terjadi Syam’un tidak sedikit pun luka apalagi berdarah. Percobaan pembunuhan dilakukan berkali-kali dan tak pernah sedikit pun Syam’un  terluka.

Wah bener-bener nih Syam’un, saktinya tiada tanding. Aku pun bersegera menyeruput kopi tapi tidak dengan Abahku. Beliau lebih suka ngeteh. Lanjut ah..

Sebagai orang yang patuh terhadap Sang Khaliq (memerangi para kafir), Syam’un bahkan tidak pernah melakukan balasan apalagi mendendam kepada Raja Kafir. Atas sikapnya ini Raja makin murka, ia mencari cara untuk membunuh Syam’un. Salah satunya dengan membisiki istri tercinta Syam’un. Istri Syam’un diiming-imingi akan diberi banyak kekayaan jika mampu membantu menghabisi Syam’un. Berbekal rantai yang diyakini sangat kuat, malam hari ketika Syam’un tertidur sang Istri merantai Syam’un. Rantai pun masih melilit kuat hingga ia terbangun, sementara kepungan para tentara Raja yang telah bersiap membunuhnya dengan berbagai macam alat perang. Apa dikata Syam’un berhasil lolos dengan mudah, sekali ia meregangkan tubuhnya, mendadak rantai yang melilit tubuhnya putus remuk. Ah ngeri ya, Syam’un  ini rupanya kuat banget. Para tentara Raja pun melarikan diri terbirit-birit picirit, kecuali sang Istri yang akhirnya menangis dan meminta maaf, tak banyak ucap Syam’un  akhirnya memaafkannya. Baik banget ya Syam’un ..

Mabuk harta sang Istri membuat ia kalap hingga ia terus merayu Syam’un agar mau menunjukkan kelemahannya tersebut. “Wahai suamiku tercinta bukankah kau ini manusia biasa, maukah engkau menunjukkan kelemahan mu untukku?” Sang Istri berujar di suatu malam sambil making love (sensor ah). “Baik Istriku tercinta, ku tunjukkan kelemahan ku. Kamu potong saja rambut panjang ku ini, lalu ikatkan kepada tubuhku” Syam’un berucap untuk Sang Istri tercinta.

Hari pun berlalu, suatu malam Istri Syam’un memotong rambut Syam’un Al Ghazi, yang sedang tertidur dan mengikatkan rambut tersebut ke tubuh Syam’un. Istrinya segera mengabarkan kepada Raja, ia telah berhasil melumpuhkan Syam’un, tak lama para tentara Raja pun berduyun-duyun kembali mendatangi Syam’un. Ketika Syam’un  terbangun dari tidurnya dengan rambut yang telah terpotong dan tubuh yang terlilit rambut, ia pun hanya memasrahkan diri.

Benar, Syam’un akhirnya berhasil dikoyak dan diseret ke tempat eksekusi, Syam’un disiksa dengan tubuh yang terlentang terikat di antara pilar-pilar besar. Tak cukup sampai disitu tangan, kaki dan kepalanya pun dipenggal satu persatu, hanya tersisa tubuh yang menjutai. Waduh.. jahat banget nih Raja ya! Syam’un Al Ghazi yang masih bernyawa dengan tubuh yang terpisah tiba-tiba bermunajat.
Pada saat itu pula, Allah menurunkan Malaikat Jibril untuk membantu Syam’un. “Apa permintaanmu pada Allah?” tanya Malaikat Jibril kepada Syam’un.

Kemudian dijawab Syam’un, “Aku minta hanya satu, kekuatan dari Allah! Bismillah. La haula wa la quwwata illa billah!” Tak lama kemudian seluruh anggota tubuh dari kedua tangan, kedua kaki dan kepala kembali menempel di tubuh utamanya. Syam’un  Al Ghazi pun hidup kembali, seketika itu juga Syam’un meregang, hingga pilar-pilar besar yang menyangga gedung menjadi ambruk, seluruh gedung pun runtuh menimpa semua orang kafir, termasuk Istri Syam’un hingga mereka semua meninggal.

Kopi Toraja yang ku bawa dari Depok khusus ku sedu menemani mudik di kampung kembali ku sruput.. ahhhh.. luar biasa.

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kisah ini kepada para sahabat, salah satu dari mereka ada yang bertanya, “Ya Rasulullah! Berapa tahun dia berperang melawan orang kafir?”
“70 tahun,” jawab nabi.
“Lalu, berapa besar pahalanya orang ini?” tanya sahabat kembali.
Sebelum dijawab Nabi, Allah menurunkan jawaban yang terdapat pada surah Al-Qadr. Inna Anzalnahu fi Lailatil Qadr....”

“Yakinlah bahwa qodlo mu bisa dirubah sebelum Allah memutuskan untuk qodar mu, itu kisah diambil dari kitab Durotun Nasihin pada Bab Lailatul Qodar. Sejak saat itu Allah memberikan karunia untuk ummat Muhammad dengan Lailatul Qodar” Abahku berujar. Aku kemudian menimpalinya bahwa kisah Syam’un  Al Ghazi itu sudah diadaptasi ke kisah modern dengan judul SAMSON, kisah ini juga pernah aku dengar dari Kyaiku di Madrasah dulu.

Semoga Ramadlan yang lalu sudah menemukan Lailatul Qodar dan bermunajat untuk kebaikan dunia dan akhirat, Amiin..

Take a coffee

Wallahu a’alam bish showab.

Post a Comment

0 Comments