POLITIKUS KALENG/TEMPOLONG BODOL

Sudah sungkan sebenarnya mengamati dari jauh jalan politik menuju tatanan yang baik. Tanpa sadar kamu.. iya kamu, tak lebih dan tak kurang hanya sebagai umpan para politikus tempolong rombeng. Kencang dan sember suaranya yang penting asal bunyi. Tak perlu pula untuk saya sebutkan siapa-siapa politikus tempolong bodol itu. Ada yang dari musisi, ada yang dari anggota DPR, ada yang dari mubaligh dan lain-lain.

“Kamu tahu apa itu tempolong Cung?”
“Aku tahunya tempeleng Mbah”
“Huss, Tempolong itu adalah sejenis benda bekas wadah cat atau wadah-wadah yang lain berbentuk bulat/kotak/persegi, dan terbuat dari seng. Jika dipukul nyaring bunyinya. Istilah lain tempolong itu kaleng Cung.”
“Tempolong itu sama dengan kaleng ya Mbah, tapi bukan banci kaleng kan Mbah?”
“Huss... kamu ini. Politikus tempolong tentu bunyinya nyaring bahkan lebih kencang dan nyaring dari bunyi letusan Merapi.”
“Ah aku engga percaya aku Mbah.”
“Jangan percaya. Wong saya hanya menganalogikan saja jeh Cung...”

Politikus tempolong bodol sering mengabaikan politik etika (baca: politik ketimuran). Yang penting bagi mereka adalah nilai uang semata –sekali tweet/omong– nilainya miliaran rupiah. Bak penjahat yang akan menghabisi lawan tanpa ampun. Bagi mereka yang penting duit dan duit berbicara. Segala macam upaya mereka terapkan yang penting calon yang mereka usung memenangi kontestasi pesta rakyat, tidak peduli setelahnya ada luka menganga di antara para konsitituen/pemilih. Kamu salah satunya...

Mulut mereka rombeng, bicara asal ceplak. ASUmsi-asumsi yang mereka bangun dengan kebencian dan lagi-lagi menggunakan legitimasi “agama” sebagai lebel bahwa mereka paling benar. Sebab hingga kini agama apa pun tentu mengajarkan kebenaran. Mereka berhasil mencomot sedikit demi sedikit kutipan dalil untuk membenarkan diri.

Politikus tempolong rombeng. Hingga hari ini masih terus membunyikan suaranya. Tak ada tujuan jelas untuk membangun kebangsaan, wong yang penting mereka dapat duit. Lebih bahayanya politukus tempolong jika sudah berkolaborasi dengan konsultan politik import. Hiiiii... cukup ah, ngomongin politik memang nikmat, hingga melupakan nyambut gawe. Makanya yang penting nyambut gawe yang pener. Biarkan politikus rombeng makin rombeng dan siap jadi rongsokan, yang siap dikirim ke Bantar Gebang dan jadi rebutan para pemulung (baca: rakyat jelata).

Sepertinya makin kelihatan siapa itu politikus tempolong bodolnya. Mudah ko cirinya “siapa yang menebar angin maka dia pula yang akan menuai badainya”.

Sejenak, sedang di kota Solo untuk sruput Kopi Robusta.

Begitulah kura-kura..

Post a Comment

0 Comments