Menggema ke seluruh bumi raya ini
Luka hati tak kunjung sembuh
Cinta di hati tak kunjung usai
Di manakah cinta sejati
Yang akan memberi arti
Dalam setiap genggaman jemari
Untuk aku bawa lari
Puncak benci itu ingin sekali aku tuangkan dan ku menganiaya diriku meski aku sudah terlampau jauh menganiaya jasad dan jiwa ku. Setangkai mawar yang ku genggam di jemari telah layu, aromanya telah pergi, ia terus menunduk pandangi bumi seolah telah bosan dengan jalan hidup yang ia kawal.
Pengasinganku bersama mawar di negeri yang caruk-maduk belum berakhir karena hati yang luka ini belum tuntaskan caci maki. Sahabat sejatiku rangkaian kata-kata yang ku tulis di atas kertas ini adalah bagian cerita yang besok harus aku akhiri sebab aku telah menuai sumbar getar kalbu tanpa asa. Miliki lembaran-lembaran kertas ini, tuturkan kepada sahabat-sahabat jiwaku agar mereka dapat memahami apa itu cinta dan apa itu kebencian.
Yang ku pahami kini, Cinta adalah sajian dunia untuk dinikmati bersama pasangan jiwa dan menuainya kala bunga-bunga itu telah mekar dan mentari telah memancarkan cahaya indahnya bersama percikan pelangi, kicauan burung, lambaian dedaunan, sepoi angin serta wewangian kesturi dari surgawi menemani cumbuan yang engkau jalani. Kebencian adalah pengasingan jiwa atas luka yang memar terhantam rindu tetapi hanya terjegal. Mulut berbicara tetapi selalu tak bermakna sebab sudah tak memiliki sebentuk cinta. Kebencian adalah pengasingan yang indah karena di sanalah engkau bisa memuaskan belenggu-belenggu rindu, mengusik cinta serta mendawaikan denting kalbu yang merana”.
Bersambung....
0 Comments