IDEOLOGI adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.
Kemudian saya tidak akan peduli dengan semua sangkaan kepada saya sesuai sangkaan mereka. Kamu bisa saja mengira saya berideologi liberalis, sosialis, atau kamu mengira saya memiliki ideologi kapitalis dan sejumlah sebutan lain yang benar-benar kamu takutkan. Yang paling menakutkan adalah saat sebagain orang meneriakkan P-K-I. Semua akan terperanjat dan teringat pada situasi tahun-tahun itu, antara tahun 1965 sampai dengan 1968. Saat itu paham komunis (Maxisme) merajalela di mana-mana di seluruh tanah Nusantara ini. Ah saya tak ingin mendengar dan melihat semua itu, sejarah buram yang hingga kini belum terang benderang. Entah oleh apa dan mengapa? Tapi saya perlu baca dan palajari itu.
Yang saya sebutkan semua itu adalah paham politik (ideologi politik). Ada banyak Contoh ideologi politik di belahan dunia ini, sebut saja : Anarkisme, Kapitalisme, Komunisme, Komunitarianisme, Konservatisme, Neoliberalisme, Demokrasi Islam, Demokrasi Kristen, Fasisme, Monarkisme, Nasionalisme, Nazisme, Liberalisme, Libertarianisme, Sosialisme, dan Demokrat Sosial.
Dan betul Negeri ini menganut ideologi Demokrasi Pancasila. Apakah warganya tidak boleh menganut ideologi yang lain? Jawabnya iya. Kamu boleh belajar tentang ideologi lain, tetapi kamu tidak bisa terapkan ideologi selain Demokrasi Pancasila menjadi ideologi baru di negeri ini.
Mengapa kita takut dengan ideologi yang lain?
Jadi begini, banyak diantara kita yang dulu tidak bisa olahraga berenang, sehingga saat diajari berenang kamu iya kamu.. akan mengatai bahwa berenang itu bahaya bisa hanyutkan dan mematikan dan kemudian segala macam cibiran tentang bahaya renang ini itu dan lain-lain. Atau dulu saat kita belum bisa naik (baca : mengendarai) sepeda pun sama, kita akan mengatakan kepada yang bisa naik sepeda dengan cibiran serta cacian macam-macam. Hal yang sama pada saat kamu iya kamu.. tak bisa mengoperasikan HP modern (smartphone) pun kamu akan mengatakan “ah HP apa itu...? kook susah banget, kok aneh..” dan segala macam cibiran yang keluar dari mulutmu. Dan apakah setelah kamu bisa berenang, bisa naik sepeda, dan bisa bermain smartphone kamu masih mencaci? Ah rasanya itu tak ada lagi, bahkan kamu bisa naik sepeda dengan ketawa-ketiwi, bermain HP dengan candaan sumringah, dan berenang dengan bermacam gaya “banyak gaya sih lo...” hahahhahha...
Begitu pula hari ini terjadi, bagaimana mungkin kamu akan tahu rasanya paham/ideologi yang saya sebutkan di atas padahal kamu sendiri belum pernah belajar dan bisa. Sementara kamu mencibir lebih dulu, mencaci lebih awal, bahkan menuduh lebih kejam. Apakah kamu pernah mempelajari dan membacanya sekedar untuk pengetahuan? Mengapa yang lebih awal keluar dari fikiran kita adalah penolakan dan lain-lain? Bangsa ini tidak akan pernah besar kalau belum merenangi pengetahuan yang lebih luas, belum manaiki ilmu pengetahuan yang lebih tinggi, dan belum menyelami dalamnya ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini. Mereka yang mempelajari semua hal di dunia hingga detik ini tak pernah memasalahkannya bahkan dengan santainya mereka bisa merajai peradaban yang ada di dunia ini.
Dan mengapa mereka menjadi bangsa besar?
Karena mereka tidak ciut otaknya, tidak kerdil pemahamannya dan terbuka akan pengetahuan yang ada. Kamu iya kamu... nyaris setiap hari ditakut-takuti, sebagian dengan ancaman dan hukaman sebagian dengan fitnah dan sebagian dengan cibiran antar sesama termasuk mungkin ke saya. Simpulannya hari ini semua itu terjadi, kamu yang tak tahu menahu soal ilmu yang kamu ketahui pun tiba-tiba di media sosial dengan lantang kamu menyalahkan. Tidak cukup menyalahkan, bahkan kamu dengan nggragas memfitnah padahal kamu belum tahu apa-apa soal yang kamu komentari dan kamu lukai.
Jadi jelaslah, siapa saja yang masih terus mencaci dan memaki bahkan sampai memfitnah sebenarnya otak mereka kerdil bahkan dungu. Sebab apa? Sebab kamu tidak mau terbuka dan mempelajari ilmu apa pun di dunia ini.
Tulisan ini berlaku untuk kamu para orang tua, dosen, guru, murid, mahasiswa/i, siswa/i, santri, dan orang-orang yang masih ciut pengetahuannya. Cobalah terbuka, sebab ketika kita bisa mengendarai sepeda selanjutnya kita bisa mengendarai sepeda motor dan selanjutnya mengendarai mobil serta selanjutnya kita berkeliling dunia. Itulah pengetahuan hidup.
Masih mau ditakut-takuti? Kopi itu pahit bro...
Selanjutnya mari ngupi dengan saya untuk kesekian kalinya, rasa tetap pahit tapi nikmatnya ndak ketulungan.
Kemudian saya tidak akan peduli dengan semua sangkaan kepada saya sesuai sangkaan mereka. Kamu bisa saja mengira saya berideologi liberalis, sosialis, atau kamu mengira saya memiliki ideologi kapitalis dan sejumlah sebutan lain yang benar-benar kamu takutkan. Yang paling menakutkan adalah saat sebagain orang meneriakkan P-K-I. Semua akan terperanjat dan teringat pada situasi tahun-tahun itu, antara tahun 1965 sampai dengan 1968. Saat itu paham komunis (Maxisme) merajalela di mana-mana di seluruh tanah Nusantara ini. Ah saya tak ingin mendengar dan melihat semua itu, sejarah buram yang hingga kini belum terang benderang. Entah oleh apa dan mengapa? Tapi saya perlu baca dan palajari itu.
Yang saya sebutkan semua itu adalah paham politik (ideologi politik). Ada banyak Contoh ideologi politik di belahan dunia ini, sebut saja : Anarkisme, Kapitalisme, Komunisme, Komunitarianisme, Konservatisme, Neoliberalisme, Demokrasi Islam, Demokrasi Kristen, Fasisme, Monarkisme, Nasionalisme, Nazisme, Liberalisme, Libertarianisme, Sosialisme, dan Demokrat Sosial.
Dan betul Negeri ini menganut ideologi Demokrasi Pancasila. Apakah warganya tidak boleh menganut ideologi yang lain? Jawabnya iya. Kamu boleh belajar tentang ideologi lain, tetapi kamu tidak bisa terapkan ideologi selain Demokrasi Pancasila menjadi ideologi baru di negeri ini.
Mengapa kita takut dengan ideologi yang lain?
Jadi begini, banyak diantara kita yang dulu tidak bisa olahraga berenang, sehingga saat diajari berenang kamu iya kamu.. akan mengatai bahwa berenang itu bahaya bisa hanyutkan dan mematikan dan kemudian segala macam cibiran tentang bahaya renang ini itu dan lain-lain. Atau dulu saat kita belum bisa naik (baca : mengendarai) sepeda pun sama, kita akan mengatakan kepada yang bisa naik sepeda dengan cibiran serta cacian macam-macam. Hal yang sama pada saat kamu iya kamu.. tak bisa mengoperasikan HP modern (smartphone) pun kamu akan mengatakan “ah HP apa itu...? kook susah banget, kok aneh..” dan segala macam cibiran yang keluar dari mulutmu. Dan apakah setelah kamu bisa berenang, bisa naik sepeda, dan bisa bermain smartphone kamu masih mencaci? Ah rasanya itu tak ada lagi, bahkan kamu bisa naik sepeda dengan ketawa-ketiwi, bermain HP dengan candaan sumringah, dan berenang dengan bermacam gaya “banyak gaya sih lo...” hahahhahha...
Begitu pula hari ini terjadi, bagaimana mungkin kamu akan tahu rasanya paham/ideologi yang saya sebutkan di atas padahal kamu sendiri belum pernah belajar dan bisa. Sementara kamu mencibir lebih dulu, mencaci lebih awal, bahkan menuduh lebih kejam. Apakah kamu pernah mempelajari dan membacanya sekedar untuk pengetahuan? Mengapa yang lebih awal keluar dari fikiran kita adalah penolakan dan lain-lain? Bangsa ini tidak akan pernah besar kalau belum merenangi pengetahuan yang lebih luas, belum manaiki ilmu pengetahuan yang lebih tinggi, dan belum menyelami dalamnya ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini. Mereka yang mempelajari semua hal di dunia hingga detik ini tak pernah memasalahkannya bahkan dengan santainya mereka bisa merajai peradaban yang ada di dunia ini.
Bangsa ini tidak akan pernah besar kalau belum merenangi pengetahuan yang lebih luas, belum manaiki ilmu pengetahuan yang lebih tinggi, dan belum menyelami dalamnya ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini.
Dan mengapa mereka menjadi bangsa besar?
Karena mereka tidak ciut otaknya, tidak kerdil pemahamannya dan terbuka akan pengetahuan yang ada. Kamu iya kamu... nyaris setiap hari ditakut-takuti, sebagian dengan ancaman dan hukaman sebagian dengan fitnah dan sebagian dengan cibiran antar sesama termasuk mungkin ke saya. Simpulannya hari ini semua itu terjadi, kamu yang tak tahu menahu soal ilmu yang kamu ketahui pun tiba-tiba di media sosial dengan lantang kamu menyalahkan. Tidak cukup menyalahkan, bahkan kamu dengan nggragas memfitnah padahal kamu belum tahu apa-apa soal yang kamu komentari dan kamu lukai.
Jadi jelaslah, siapa saja yang masih terus mencaci dan memaki bahkan sampai memfitnah sebenarnya otak mereka kerdil bahkan dungu. Sebab apa? Sebab kamu tidak mau terbuka dan mempelajari ilmu apa pun di dunia ini.
Tulisan ini berlaku untuk kamu para orang tua, dosen, guru, murid, mahasiswa/i, siswa/i, santri, dan orang-orang yang masih ciut pengetahuannya. Cobalah terbuka, sebab ketika kita bisa mengendarai sepeda selanjutnya kita bisa mengendarai sepeda motor dan selanjutnya mengendarai mobil serta selanjutnya kita berkeliling dunia. Itulah pengetahuan hidup.
Masih mau ditakut-takuti? Kopi itu pahit bro...
Selanjutnya mari ngupi dengan saya untuk kesekian kalinya, rasa tetap pahit tapi nikmatnya ndak ketulungan.
0 Comments