Melintas tanya sambil terus mengumpulkan informasi mengenai
banjir yang melanda di sejumlah kecamatan di sepanjang DAS Pemali Kabupaten
Brebes, sembari sesekali menyungutkan diri bertanya lebih dalam soal “Apa Kabar
Brebesku?”
Ini seperti dejavu yang berulang-ulang. Banjir lagi dan
lagi-lagi banjir, saya perhatikan juga banjir kali ini agak lebih besar. Ini
sebab cuaca ekstrim tengah melanda di beberapa belahan dunia, oleh sebab tangan
manusia secara umum. Kemudian hari ini banjir melanda Brebes, orang-orang pun
berduyun-duyun menyelamatkan diri, harta benda dan keluarga. Dari berbagai
kalangan menggalang simpati untuk membantu para korban yang tengah mengungsi
dan memberi bantuan sekedar untuk berbagi. Apa lacur? Semua sudah terjadi dan
tak perlu ada yang disesali, hanya satu yang membuat saya sejak kemarin hingga
hari ini menyungut bertanya dalam hati “banjir ini ko selalu berulang-ulang
terjadi”, apa musababnya? Sebagian yang lain menyalahkan ulah tangan manusia,
mulai dari membuang sampah sembarangan hingga mengeksploitasi DAS (Daerah
Aliran Sungai) Pemali tiada terukur. Ada pula yang mengatakan bahwa itu cobaan
dari yang Maha Kuasa Allah swt, itu bagi mereka yang tidak mau berfikir dengan
logika dan mencoba mencari akar masalahnya.
TUK SIRAH
Buat para Pemangku Kekuasaan Brebes yang masih mempunyai ruh
manusia, sederhana sebenarnya masalah banjir di Brebes. Anda tahu bahwa sungai
terbesar dan menjadi jantung air rakyat Brebes adalah sungai Pemali, Anda bisa
cek. Biarpun kemarau panjang sungai Pemali nyaris tak pernah kekeringan, sungai
itu juga menjadi jantung kehidupan bagi masyarakat sekitar DAS Pemali. Tapi
apakah pernah ada program pemugaran tanggul, pengerukan dasar sungai, edukasi
soal ekosistem sungai dan segala macam program yang lain (normalisasi sungai).
Sungai Pemali tidak diciptakan oleh manusia, ia sungai yang mengalir dari hulu
hingga hilir secara alamiah, alamlah yang menciptakannya tentu dengan kuasa
Tuhan. Sungai Pemali berhulu di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten
Brebes dengan nama mata airnya yaitu Tuk Sirah. Sungai Pemali merupakan sungai
terbesar yang ada di Kabupaten Brebes dengan panjang sekira 125,4 Km mengalir
dari selatan ke utara menuju laut Jawa.
Banjir di DAS Pemali ini berulang-ulang saban tahun seperti
sebuah ritual, kalau boleh saya katakan (maaf) banjir seperti sebuah komoditas.
Sehingga orang-orang yang berkepentingan bisa saja menebar pesona pada bencana
yang sebenarnya sangat bisa diantisipasi. Apakah “iya” banjir setiap tahun di
DAS Pemali adalah hal yang ditunggu-tunggu, ataukah ini hanya dugaan saya. Menunggu
orang-orang di luar sana memelas kepada kita dan bergegas memberikan bantuan
kepada mereka yang terkena banjir. Bagi masyarakat DAS Pemali, adalah kebosanan
dan kejenuhan sebab setiap saat mereka bahkan tak bisa tidur pulas hanya untuk
menjaga air yang tengah mulai masuk ke dalam rumah. Kepada siapa keluh ini
harus mereka sampaikan, sebab dengan bencana banjir ini tentu bukan untung yang
mereka dapat tapi kerugian. Berapa hektar sawah yang terendam air hingga
mematikan tanaman yang sudah siap penen. Apakah pemangku jabatan sudah bisa
memahami hal tersebut.
Jantung Kehidupan
Bila hal itu yang terjadi, maka ada salah kelola di tataran sistem bagaimana
mengelola DAS Pemali dan sungai-sungai yang lain dengan baik dan bermanfaat. Di
saat musim hujan air begitu melimpah sampai mengakibatkan banjir di mana-mana,
di saat yang berbeda yakni musim kemarau kawasan pantura sebagai hilir DAS
Pemali kekeringan. Para petani bawang yang menjadi mata pencaharian masyarakat
Brebes, belum sampai detik ini pun menikmati tata kelola irigasi air dengan
baik. Ada yang rela membuat sumur pompa di tengah sawah hanya agar tanaman
bawang yang mereka tanam tetap hidup dan bisa dinikmati hasilnya, pun faktanya
harga bawang kadang sangat fluktuatif. Sampai harus berjungkal balik mengembalikan
modal oleh harga bawang yang murah. Di musibah banjir tahun ini pun kembali
rakyat Brebes menderita oleh sebab tanaman bawang mereka terendam air, dan
gagal panen. Sabar ya Pak..
Temukan akar masalah maka selasailah persoalannya. Jadi
bukan hanya seremonial terlihat peduli saat banjir melanda atau hanya ingat
saat banjir, tetapi sejatinya bukan menyelesaikan masalah utamanya. Banjir di
Berebes murni adalah kesalahan dalam mengelola DAS Pemali dengan baik, bukan
alasan untuk mengatakan bahwa ini ujian cobaan dariNya. Mudah analisanya,
tidaklah mungkin banjir itu setiap tahun itu muncul apalagi seperti sebuah
rutinitas. Banjir kok istiqomah.
Padahal Sungai Pemali adalah jantung kehidupan rakyat
Brebes. Sebagai saran sungai Pemali itu tak seperti sungai Ciliwung di DKI
Jakarta yang hulunya ada di Bogor dan sudah beda wilayah. Sungai Pemali di
Brebes dari hulu hingga hilir adalah milik pemerintah Brebes, mengapa tak
tuntas benahi persoalan banjir di Brebes. Kebijakan yang satu, makan dari hilir
(letak kantor pemerintah) hingga hulu akan lebih mudah diikuti dan dilaksanakan
tanpa ada prosedur lintas wilayah.
*Dari seorang anak sungai pemali yang sudah pensiun jadi anak
sungai.
0 Comments