Menunda, menunda dan menunda... ini yang setiap saat sering kita lakukan pada diri kita. Lebih suka menunda ketimbang mempercepat urusan. Apalagi urusan tersebut bersifat perlu dan selekasnya untuk diberikan tindakan khusus. Kenapa kita selalu menunda padahal waktu tidak pernah menunda, ia berjalan linear tak bisa berputar kembali dan terus melaju. Tidak salah jika Nabi pernah bersabda dalam memotivasi umatnya. Nasihat ini mungkin kurang populer, namun ini pernah disampaikan oleh nabi.
“Barangsiapa yang suka melambat-lambatkan (menunda-nunda) pekerjaannya, maka tidak akan dipercepat hartanya.” (HR. Muslim)
Ini hadits yang berkaitan dengan nilai-nilai, juga berkaitan dengan sosial masyarakat muslim pada umumnya. Mengingat Nabi sendiri adalah seorang entrepreunership, sejak umur 8 tahun beliau sudah menjadi padagang dan di usia 25 tahun beliau memuncaki menjadi saudagar terkaya. Bagaimana dengan kita? Kita lebih senang berdebat dan lebih suka banyak bicara dari pada menyegerakan pekerjaan. Kita lebih suka menunda pekerjaan dari pada segera menyelesaikannya.
Banyak pula di antara kita yang juga dipecat oleh atasan kita hanya oleh sebab kita sering menunda-nunda pekerjaan deadline. Banyak pula keluarga, teman dan kerabat kita yang menjadi korban kefatalan karena kita lebih memilih menunda-nunda urusan. Banyak pula bisnis pekerjaan yang kita lakukan tidak mendapat apa-apa, kecuali akhirnya menjadi sebuah konsep belaka karena kita menunda untuk mengeksekusi. Dan banyak pula di antara kita yang lupa akan usia yang sedang kita jalani, sehingga pada saatnya tiba kita masih belum siap. Itu semua karena kita menunda... dan menunda.
Menunda berbeda dengan menunggu kesempatan. Bila kondisi cuaca kurang baik dalam sebuah perjalanan penting yang kita lakukan, dan kita berhenti sejenak, ini kita sedang menunggu bukan menunda. Menunda adalah mengabaikan kesempatan yang telah ia dapatkan, namun terlihat santai-santai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tak ada waktu yang berjalan mundur, semua bergerak maju. Tak ada waktu yang berhenti sejenak menunggu kita yang sedang menunda. Waktu kita di dunia sehari semalam 24 jam tidak bisa bertambah atau berkurang, dan bahkan kita mencoba melambatkan. Waktu akan tetap pada jumlah yang sama 24 jam, hari akan tetap sama 7 hari seminggu, dan 365 hari dalam setahun.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu (dalam) kerugian (besar). Kecuali orang-orang yang beriman (mempercayai), beramal baik, menyapampaikan hak manusia lain (tidak melambat-lambatkan pekerjaan) dan bersabar (mempelajari ilmu untuk bekal hidup). (Q.S. Al-‘Ashr : 1-3)
Tidak ada kompromi soal waktu dan kesempatan. Mengabaikan semua itu, maka yang trejadi adalah penyesalan hidup sepanjang hayat.
“Jangan Terlambat” kata seorang bijak kepadaku.
Mari ngopi dan bekerja kembali untukNya.
“Barangsiapa yang suka melambat-lambatkan (menunda-nunda) pekerjaannya, maka tidak akan dipercepat hartanya.” (HR. Muslim)
Ini hadits yang berkaitan dengan nilai-nilai, juga berkaitan dengan sosial masyarakat muslim pada umumnya. Mengingat Nabi sendiri adalah seorang entrepreunership, sejak umur 8 tahun beliau sudah menjadi padagang dan di usia 25 tahun beliau memuncaki menjadi saudagar terkaya. Bagaimana dengan kita? Kita lebih senang berdebat dan lebih suka banyak bicara dari pada menyegerakan pekerjaan. Kita lebih suka menunda pekerjaan dari pada segera menyelesaikannya.
Banyak pula di antara kita yang juga dipecat oleh atasan kita hanya oleh sebab kita sering menunda-nunda pekerjaan deadline. Banyak pula keluarga, teman dan kerabat kita yang menjadi korban kefatalan karena kita lebih memilih menunda-nunda urusan. Banyak pula bisnis pekerjaan yang kita lakukan tidak mendapat apa-apa, kecuali akhirnya menjadi sebuah konsep belaka karena kita menunda untuk mengeksekusi. Dan banyak pula di antara kita yang lupa akan usia yang sedang kita jalani, sehingga pada saatnya tiba kita masih belum siap. Itu semua karena kita menunda... dan menunda.
Menunda berbeda dengan menunggu kesempatan. Bila kondisi cuaca kurang baik dalam sebuah perjalanan penting yang kita lakukan, dan kita berhenti sejenak, ini kita sedang menunggu bukan menunda. Menunda adalah mengabaikan kesempatan yang telah ia dapatkan, namun terlihat santai-santai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tak ada waktu yang berjalan mundur, semua bergerak maju. Tak ada waktu yang berhenti sejenak menunggu kita yang sedang menunda. Waktu kita di dunia sehari semalam 24 jam tidak bisa bertambah atau berkurang, dan bahkan kita mencoba melambatkan. Waktu akan tetap pada jumlah yang sama 24 jam, hari akan tetap sama 7 hari seminggu, dan 365 hari dalam setahun.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu (dalam) kerugian (besar). Kecuali orang-orang yang beriman (mempercayai), beramal baik, menyapampaikan hak manusia lain (tidak melambat-lambatkan pekerjaan) dan bersabar (mempelajari ilmu untuk bekal hidup). (Q.S. Al-‘Ashr : 1-3)
Tidak ada kompromi soal waktu dan kesempatan. Mengabaikan semua itu, maka yang trejadi adalah penyesalan hidup sepanjang hayat.
“Jangan Terlambat” kata seorang bijak kepadaku.
Mari ngopi dan bekerja kembali untukNya.
0 Comments