Tahun lalu saya banyak melakukan perjalanan luar pulau, mulai dari Bengkulu, Bali, Lombok, dan Bima NTB. Setiap saya singgah di bandara saya selalu bertemu dengan para Bule alias WNA yang berkulit bule. Saya menikmati perjalanan ini dari satu ke tempat lain dan saya mencoba untuk melakukan pengamatan kecil melalui perjalanan singkat tersebut. Ada yang tidak saya habis fikir dengan mereka orang-orang Bule, sepanjang perjalanan mereka bukan malah menikmati alam terbuka tapi mereka malah asik membaca buku. Di dalam pesawat itu saya paling sering lihat mereka membaca buku, sebagian buku yang mereka baca itu sastra. Saya kagum kepada mereka, pantas mereka sangat bersikap dewasa dalam menjalani proses peradaban.
Saya sempat singgah di Gili Trawangan Lombok, di sana 80% orang Bule, tak percaya silahkan datang sendiri ke sana. Di sudut jalan saya melihat ada satu ruko mungil tapi sesak penuh dengan buku-buku bacaan. Rupanya tempat kecil itu menyewakan buku berbahasa asing bahkan ada yang dijual, saya lihat yang baca juga kebanyakan orang Bule. "Wow..." mereka luar biasa. Membaca bagi mereka tidak mengenal tempat dan waktu, bahkan pernah saya pulang dari Bali malam hari, saya lihat orang-orang Bule membaca buku dengan menyalakan lampu baca yang persis di atas tempat duduk mereka - biasanya pesawat mempunyai lampu baca khusus.
Apa yang terjadi dengan Negara ini, tahun 2012 UNESCO melansir index tingkat membaca orang Indonesia yang hanya 0,001. Itu artinya, dari 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan serius.
Iqro... iqro...
Kapan terakhir kamu baca buku?
Judul buku apa yang terakhir kamu baca?
Ini primer persoalan kita, sedikit sekali kita mempunyai literasi (membaca) yang baik dan benar, sangat sedikit. HOAX 100% muncul karena kita tidak mau berliterasi [membaca] kepada sumber yang benar. Isine yo mung sing penting "wow..". Apalagi pada saat kita berselancar di lautan google maka beribu alasan beribu catatan itu muncul untuk membela diri. Ada yang mungkin "maaf" tidak pernah membaca literasi tiba-tiba menyalahkan definisi yang sudah apik, tapi giliran ditanya malah ngelantur jawabnya. Ada juga yang dengan baik mendefinisikan sesuatu dengan baik, tapi emoh dikritik dan emoh diberi masukan. Hanya orang-orang yang tidak mampu meliterasi maka dia akan menyerang pribadi, sebaiknya diam dan simak.
Batasan literasi saya kira hanya tidak membaca buku, tapi juga menonton, mendengarkan. Banyak cara untuk bisa meliterasi diri.
Sebagai saran jika kita ingin mencari ilmu pengetahuan keduniaan banyak di lautan google melalui YouTube dan lain-lain, tapi jika ingin mencari ilmu agama yang mendasari hidup dan menjalanknnya dengan seksama [i'tidal tuma'nina] maka belajarlah pada sumbernya langsung.
kura-kura memang lambat tapi dia tetap selamat. begitu kura-kura
0 Comments