Kesimpulan telah berujung namun sumbang dawai terus bertalu menoreh luka yang ada. Aku laksana musafir yang tenggelam dalam aroma mawar, mencium wangi tapi ku tak dapati wujud yang sesungguhnya. Ku lanjutkan perjalanan hidup yang sumbang saat dipetik dan tawar saat dikecap. Persisnya disetiap langkah waktu yang ku cumbu tak ku raih nikmatnya hidup. Mata yang dulu tajam kabur saat menatap, lidah yang mampu mengecap rasa kini tak dapat menikmati lagi. Gurun yang gersang tanpa taman bunga terus berkecamuk menagih janji setia kepada Mayaku yang katanya akan mencintai ku dengan setulus hati. Tetapikah tidak ada bukti, gelak jiwa yang memuncrat memaksa untuk merangkum sejuta tanya tanpa sekat. Benang-benang asmara yang dulu terajut indah, kini kusut sudah oleh kehancuranku dan keengganannya menemui ku, sungguh aku selalu menanti si dia dalam gerbang cinta yang terbuka lebar.”
Dan diawal Oktober surat ini aku temukan dalam tumpukan buku-buku kusam di ruang bacaku, saat itu aku sendiri sedikit lupa, surat siapa ini sebenarnya, yang jelas surat ini adalah sebuah surat yang mewakili hati seorang lelaki yang terluka karena cinta yang mendalam terhadap seorang wanita cantik. Dan memang benar, inilah sesungguhnya kata-kata yang merangkai kelukaan sahabat jiwaku, rangkaian-rangkaian kalimatnya telah memuncak di ubun kedengkian. Aku temukan rangkaian kata-kata ini saat aku sedang mencari “Surat Yang Hilang”. Surat ini mengusung di tanganku kala aku sedang mencari risalah cintaku yang hilang di antara tumpukan dan timbunan buku kusamku. Sengaja aku tuturkan lewat kata-kata ku karena aku yakin inilah sebuah keterwakilan jiwa yang sedang melata meraih ketakjuban dan keindahan cinta. Sampai kini pun sahabatku tak tahu karena tanpa seizin darinya ku menulis. Baiklah ku lanjutkan semua risalah yang ada di suratnya.
Dan diawal Oktober surat ini aku temukan dalam tumpukan buku-buku kusam di ruang bacaku, saat itu aku sendiri sedikit lupa, surat siapa ini sebenarnya, yang jelas surat ini adalah sebuah surat yang mewakili hati seorang lelaki yang terluka karena cinta yang mendalam terhadap seorang wanita cantik. Dan memang benar, inilah sesungguhnya kata-kata yang merangkai kelukaan sahabat jiwaku, rangkaian-rangkaian kalimatnya telah memuncak di ubun kedengkian. Aku temukan rangkaian kata-kata ini saat aku sedang mencari “Surat Yang Hilang”. Surat ini mengusung di tanganku kala aku sedang mencari risalah cintaku yang hilang di antara tumpukan dan timbunan buku kusamku. Sengaja aku tuturkan lewat kata-kata ku karena aku yakin inilah sebuah keterwakilan jiwa yang sedang melata meraih ketakjuban dan keindahan cinta. Sampai kini pun sahabatku tak tahu karena tanpa seizin darinya ku menulis. Baiklah ku lanjutkan semua risalah yang ada di suratnya.
....bersambung...
0 Comments