JELAGA-JELAGA JIWA 1

Foto by Anton Mahapatih
Aku Sandhy, seorang anak cucu Adam yang sedang mencari makna apa arti dalam hidup ini, begitu lamanya aku telah melanglang buana melintasi setiap sudut kota itu untuk mencari sedikit makna hidup dalam jiwa yang meronta ini. Satu keanehan datang menghadapku, malam itu, ya malam itu  aku ingat benar ketika itu aku tengah berjalan menyisiri sudut ruang kota Jakarta yang amat pikuk seolah tak ada kedamaian lagi di kota itu. Sengaja aku pojokkan tubuhku yang kecil ini untuk mengintai dari jauh aktifitas di pojok kota yang remang-remang. Seorang wanita cantik turun dari sebuah mobil datang menyapaku “Hai ngapain kamu, ngintip ya ?” tak ku hiraukan apa kata wanita cantik berbaju mini yang aduhai itu, apalagi aku yakin wanita itu mengira aku hanyalah anak baru gede yang sedang terusir dari rumah karena memang wajahku yang imut. Aku perhatikan terus apa yang terjadi di pojok remang-remang itu, seorang preman datang dari samping gang tempat persisnya aku duduk “Hai bloon ngapain di sini.., ini daerah kekuasaanku, tahu kamu…!” aku pun hanya menganggukkan kepala dengan sedikit ketakutan, preman itu pun berlalu begitu saja. Dari dua orang yang menemuiku aku merasa bahwa tempat yang sedang aku amati adalah sebuah tempat di mana orang-orang nihil jiwa melampiaskan semua masalah hidup walaupun mungkin di antara mereka pun ada yang mencari nafkah untuk hidupnya juga.

Jiwaku yang memang ingin mengerti petualangan malam di pojok kota besar seperti Jakarta, membuatku enggan untuk beranjak dari tempat duduk yang memang aku sendiri telah terusik oleh dua orang yang tak mengenalku dan aku sendiri pun tak mengenalnya, “Sebenarnya seberapa hebatkah jiwa para petualang malam itu, mungkinkah itu hanya sebuah pelampiasan kekesalan jiwa ataukah mereka telah menggelutinya sebagai profesi,” hati kecilku bergumam bertanya-tanya akan sesuatu yang memang telah menjadi kebiasaan mereka. Malam semakin larut, tapi entah kenapa suasana di pojok kota itu semakin ramai berbagai jenis mobil mewah mampir di tempat yang tak begitu luas tapi sangat ramai. Aku bangun dari duduk dan berjalan menuju pinggir jalan tepatnya menuju orang yang sedang berjualan minuman, aku haus sekali aku pun membeli minuman lalu aku kembali ke tempat semula. Aku lanjutkan untuk mengamati dan memperhatikan sesuatu di pojok kota itu, meskipun ini murni keinginanku bukan tugas kampus yang mengesampingkan hak-hak dari seorang mahasiswanya, yang ku tahu bahwa seorang mahasisiwa harus mengikuti apa kata dosen dalam mengerjakan tugas akhir kuliah, di sinilah sisi-sisi demokrasi telah sedikit terisolasi. Seorang mahasiswa tidak diberi ruang kreatif dalam mengerjakn tugas akhir, belum lagi masalah tanda tangan persetujuan dari dosen pembimbing yang kadang kala dipersulit juga, ya itu sedikit masalah kuliah yang aku sendiri khawatir dengan keadaan di pojok kota yang sedang aku amati. Aku merasa dari sekian banyak orang yang berkumpul di pojok kota itu pastilah ada seorang mahasiswa / mahasiswi atau bahkan lebih yang melakukan KNPI Party (Kissing – Necking – Putting – Injection) bersama dosen yang membimbing tugas akhir. Atas dasar itulah biasanya mahasiswa / mahasiswi yang bersangkutan mendapat legitimasi kelulusan dengan nilai yang memuaskan.

Tiba-tiba seekor nyamuk mengusik daya fikir yang sedang ku lakukan, aneh aku mendengarkan desah dan suara tawa cekikikan para wanita dari pojok kota itu, “Aku harus mendekat apa yang sedang mereka lakukan,” hati ini semakin berontak saja dan ingin tahu apa yang sedang terjadi. Ku tarik nafas dan menghempaskannya untuk menenangkan sedikit gelisah di hati ini, dari gang persisnya aku duduk sepasang muda-mudi keluar dari gang itu, dengan melakukan quick kissing, bercumbu mesra dan saling berpelukan layaknya sepasang temanten baru. Wajar saja aku muak ketika melihat sepasang muda-mudi yang lewat di dapanku, sepertinya mereka masih terlalu muda untuk melakukan hal yang belum patut itu apalagi di tengah malam. Rasa muakku aku lampiaskan kepada botol air minum yang sedang ku pegang, air yang ada di dalam botol itu aku minum lalu ku semburkan “Dasar gila…!!!.” Wanita belia yang sedang berjalan berpelukan dengan pria muda itu melirikku sinis, aku diam saja karena memang itu adalah haknya untuk melirik dan mengenalku walaupun hanya sepintas, tapi setidaknya biar hatinya sedikit terusik lalu berfikir dan sadar apa yang dilakukannya adalah sebuah tindakan bodoh. Bagaimana mungkin tubuh dan jiwa milik Tuhan itu, dengan bangga kita relakan dielus-elus, dipeluk-peluk lalu dicium-cium kemudian kita relakan untuk diapakan saja dengan alasan yang penting nikmat. Sayang oh sungguh sayang hidup yang hanya sekali ini kita sia-siakan begitu saja padahal masih ada sejuta harapan untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih dan berprestasi bagi negeri antah berantah ini. Pasangan muda-mudi itu pun akhirnya menuju tempat KNPI Party itu dilangsungkan, aku terus menatap tajam walaupun sesekali aku ingin mendekat dan mencari tahu apa yang sedang mereka lakukan.

... bersambung ...

JELAGA-JELAGA JIWA 2

Post a Comment

0 Comments