Masalah
Kapan kita hidup (lahir)?
Kapan kita mati ?
Jatah rejeki kita di dunia ?
Jodoh kita di dunia ?
Sesungguhnya persoalan kita hanya pada hubungan manusia dengan manusia tak ada kaitannya dengan Tuhan penentu segala Penentu yang paling Hak dan paling Tahu. Katakanalah kita mengecam tentang kematian saudara kita yang kecelakaan tertabrak truk atau mobil. Dalam satu kondisi sebenarnya saudara kita ini harusnya selamat menurut logika manusia, dengan asumsi "coba kalau tidak mengalami pendarahan sebanyak itu (menunjuk sebuah ember).. pasti dia selamat dan tidak akan meninggal". Dalam peristiwa itu juga sebenarnya si penabrak sudah bertanggung jawab sepenuh hati hingga ia turun dari truk/mobil dan bersedia membawa saudara kita itu. Apa mau dikata, detik itu mencari mobil untuk membawa ke Rumah Sakit saja susah... berjam lamanya kita berkutat mencari mobil tapi tak dapat juga. Hingga setelah mendapat mobil/kendaraan detik itu pun saudara kita meninggal.
Kemudian kita menyalahkan sopir, mobil, pendarahan dan lain sebagainya. Dalam upaya proses mencari jalan keluar itulah yang disebut ikhtiar, berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan bila nanti akhirnya meninggal itulah jalan hidup manusia. Masih protes...! rasanya tidak mungkin. Di mana inti masalah kita? inti masalahnya adalah kepasrahan kita pada sebuah jalan hidup dan pada nilai syukur yang terukur bila kita menerimanya, menyalahkan sepenuhnya pada kondisi dan keadaan tidaklah mungkin. Semua sudah digariskan dengan jelas, adapun proses hukum yang ada di dunia adalah sepenuhnya produk manusia. Puas atau tidaknya kembali kepada jiwa rasa syukur kita kepada Sang Pencipta
0 komentar:
Post a Comment